Portofolio, Inflasi dan Deflasi


Inflasi dan deflasi merupakan faktor ekonomi yang harus dipertimbangkan investor ketika merencanakan dan mengelola investasinya. Inflasi adalah terminologi yang digunakan untuk menggambarkan situasi ketika harga-harga barang dan jasa mengalami kenaikan. Deflasi adalah terminologi yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ketika terjadi penurunan harga-harga secara umum. Inflasi dan deflasi adalah dua sisi berlawanan pada keping uang logam. Ketika gerakan suatu tren terlihat dengan jelas, investor dapat mengambil langkah-langkah yang jelas untuk melindungi portofolionya. Tapi bila ancaman inflasi dan deflasi terjadi secara bersamaan, akan sulit untuk mengambil langkah yang tepat.

Inflasi: Apa yang harus dilakukan?
Dari waktu ke waktu, harga-harga semua barang mulai harga sepotong roti sampai mobil baru cenderung naik. Jika kenaikan tersebut sudah keterlaluan, konsumen dan investor bisa mengalami kesulitan karena daya beli mereka akan turun dengan cepat.

Contoh jelas inflasi dapat dilihat di Amerika Serikat pada awal 1970. Dekade tersebut diawali dengan inflasi satu digit, yang kemudian pada 1972 meningkat menjadi lebih dari 12%. Pada 1979 mencapai puncaknya dengan 13% lebih. Dengan hasil saham yang hanya satu digit, dan inflasi yang meningkat dua kali lipat, tidak mudah untuk mendapatkan hasil yang cukup lumayan dari bertransaksi saham.

Untuk melindungi portofolio dari gempuran inflasi, ada beberapa strategi yang populer. Yang pertama dan terpenting adalah pasar saham. Kenaikan harga cenderung merupakan berita baik untuk ekuitas. Bagi investor fixed-income yang menginginkan aliran pendapatan yang dapat mengejar kenaikan harga-harga, yang banyak dipilih antara lain Treasury Inflation-Protected Securities (TIPS, atau efek terlindungi inflasi). Obligasi negara ini diterbitkan dengan jaminan bahwa nilai nominalnya akan meningkat sesuai inflasi, yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen, sementara bunganya tetap. Bunga TIPS dibayarkan per semester.

Obligasi internasional juga bisa menjadi jalan untuk memperoleh pendapatan. Obligasi internasional juga memungkinkan untuk diversifikasi, dan memberi akses kepada investor untuk masuk ke negara yang mungkin tidak mengalami inflasi. Emas juga merupakan pelindung inflasi yang populer, yang nilainya cenderung bertahan atau meningkat selama masa inflasi. Beberapa komoditi juga cocok menjadi pelindung. Misalnya, real estate yang harganya cenderung naik saat inflasi meningkat. Dari sisi komoditas, negara berkembang sering memperoleh pendapatan yang signifikan melalui ekspor komoditi. Oleh karena itu, menambahkan saham negara-negara berkembang ke dalam portofolio merupakan cara lain untuk memainkan kartu komoditas.

Deflasi: Apa yang yang harus dilakukan?
Deflasi lebih jarang terjadi dibanding inflasi. Kondisi ini terjadi ketika rendahnya permintaan di pasar menyebabkan anjloknya harga-harga. Periode pengangguran tinggi dan depresi ekonomi sering bersamaan dengan datangnya deflasi.

Dekade kehilangan Jepang – periode 1991 dan 2001 – menyoroti masa-masa kerusakan akibat deflasi. Kondisi ini diawali dengan ambruknya pasar modal dan pasar real estate. Ekonomi yang kolaps mendorong anjloknya tingkat upah dan kemudian berlanjut ke penurunan permintaan dan penurunan harga-harga. Penurunan harga menimbulkan ekpektasi bahwa harga-harga akan turun lebih rendah lagi, sehingga konsumen menahan diri untuk berbelanja. Sementara itu, makin berkurangnya permintaan mendorong harga-harga turun lebih dalam lagi. Ditambah lagi dengan tingkat bunga yang nyaris nol dan depresiasi yen, kondisi ini menyebabkan terhentinya ekspansi ekonomi secara tiba-tiba.

Ketika terjadi ancaman deflasi, investor akan bersikap defensif dengan mengoleksi obligasi. Obligasi berkualitas tinggi cenderung memberikan imbal hasil lebih baik pada masa deflasi. Periode ini merupakan pertanda baik untuk mendongkrak popularitas obligasi pemerintah. Obligasi luar negeri juga bisa menjadi pilihan.

Dari sisi saham, perusahaan yang memproduksi barang-barang konsumsi rumah tangga yang tetap harus dibeli (seperti makanan, obat, sabun, dan sebagainya) cenderung lebih bertahan ketimbang perusahaan lain. Saham-saham perusahaan tersebut kerap disebut saham defensif. Pembayaran deviden saham merupakan pertimbangan lain, karena uang tunai menjadi lebih populer. Sertifikat deposito dan rekening tabungan biasa juga termasuk dalam kategori ini.

Seperti halnya di masa inflasi, ada beberapa metode variasi untuk menata portofolio Anda. Selalu ada opsi untuk membangun pengaman secara bertahap. Berinvestasi di reksadana atau exchange-traded funds (ETF) menyediakan strategi yang nyaman bila Anda tak punya waktu, keterampilan, atau kesabaran untuk melakukan analisis tingkat keamanan.

Terjebak di tengah-tengah?
Kadang-kadang agak sulit untuk menentukan apakah ancaman inflasi atau deflasi yang sedang berlangsung. Bila Anda tak bisa menentukannya, rencanakan untuk menghadapi keduanya. Portofolio terdiversifikasi yang  mencakup alokasi investasi dengan imbal hasil bagus selama masa inflasi, dan investasi dengan hasil bagus selama masa deflasi, dapat memberikan perlindungan tertentu tanpa menghiraukan apa yang terjadi dalam perekonomian.

Diversifikasi adalah kunci ketika Anda tak mempunyai hasrat untuk berusaha menentukan siklus inflasi/deflasi. Perusahaan blue-chip cenderung mempunyai kekuatan untuk menghadapi deflasi dan juga membayar deviden, dan sangat membantu ketika inflasi meningkat ke titik dimana nilai saham menjadi stagnan.

Diversifikasi ke luar negeri merupakan strategi lain, dimana pasar negara yang sedang berkembang pesat sering mengekspor komoditas yang banyak diminta (pelindung untuk melawan inflasi) dan tidak terkait erat dengan domestik ekonomi (pelindungan dari deflasi). Obligasi berkualitas tinggi dan TIPS adalah pilihan paling beralasan dari sisi pendapatan tetap. Dengan TIPs, Anda terjamin untuk setidaknya mendapatkan kembali nilai awal investasi Anda.

Rentang waktu juga mempunyai peran yang penting. Jika Anda mempunyai waktu berinvestasi selama 20 tahun, Anda mungkin mempunyai waktu untuk melakukan perubahan dengan berbagai variasi. Jika Anda sudah mendekati masa pensiun atau hidup dari pendapatan yang dihasilkan dari portofolio, Anda tidak mempunyai waktu untuk menunggu hingga terjadi pemulihan dan mempunyai sedikit pilihan, karena harus segera bertindak untuk menyesuaikan portofolio Anda.

Sumber:
Lisa Smith, www.investopedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar