6 Metode Ampuh Menjual Saham


Memilih waktu yang tepat untuk menjual saham bisa menjadi pekerjaan yang sulit. Menjadi sangat sulit karena, bagi banyak pemain saham, sulit untuk memisahkan emosi dengan transaksi tersebut. Emosi manusia yang umumnya mempengaruhi para pemain saham ketika menjual saham adalah keatamakan dan rasa takut menyesal. Kemampuan untuk mengelola emosi tersebut adalah kunci untuk menjadi pemain saham yang sukses.

Peningkatan Laba
Ambil contoh, banyak investor yang menahan penjualan jika harga saham telah meningkat 10 hingga 20 persen. Mereka tak mau kehilangan peluang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi jika harga saham mencapai puncak tertinggi. Hal ini berhubungan dengan ketamakan dan harapan bahwa saham yang mereka pilih akan menjadi pememang besar. Sebaliknya, jika harga saham turun 10 hingga 20 persen, mayoritas investor masih tak enggan menjaul karena khawatir akan menyesal. Jika mereka menjual dan harga saham rebound, mereka akan menyesali tindakannya.

Lalu kapan harus menjual saham? Inilah pertanyaan mendasar yang selalu dihadapi investor. Perlu ada pemisahan emosi dari keputusan bertransaksi. Untungnya, ada beberapa metode umum yang dapat membantu seorang investor untuk sebisa mungkin memproses secara mekanis. Artikel ini akan menjelaskan enam strategi umum untuk membantu memutuskan kapan untuk menjual saham.

Valuation-Level Sell
Kategori menjual yang pertama disebut valuation-level sell (tingkat valuasi jual)Dengan strategi ini, investor akan menjual sahamnya segera setelah menyentuh target atau rentang valuasi tertentu. Berbagai pengukuran valuasi dapat digunakan sebagai dasar, namun pengukuran yang banyak digunakan adalah price-to-earning (P/E) ratio, price-to-book (P/B), dan price-to-sales (P/S). Pendekatan ini banyak digunakan investor pemburu saham yang harganya sudah undervalued. Pendektan ini dapat menjadi sinyal yang baik untuk menjual ketika sebuah saham dinilai overvalued berdasarkan ukuran valuasi tertentu.

Sebagai ilustrasi metode ini, anggaplah seorang investor memiliki saham Wal-Mart yang mereka beli ketika P/E rasionya sekitar 13 kali earnings. Pemain saham akan melihat sejarah valuasi saham Wal-Mart dan melihat bahwa rata-rata P/E selama lima tahun adalah 15,5. Dari situlah, pemain saham dapat memutuskan berdasarkan target valuasi jual yang sebesar 15,5 kali earning sebagai sinyal jual. Pemain saham menggunakan hipotesa yang masuk akal untuk memisahkan emosi dari proses pengambilan keputusannya.

Opportunity Cost Sell
Pada metode opportunity cost sell, investor mempunyai portofolio saham dan berniat menjual sahamnya ketika muncul kesempatan yang lebih baik. Penggunaan metode ini membutuhkan monitoring yang konstan, riset dan analisa terhadap portofolionya dan penambahan saham baru yang potensial. Segera setelah potensi investasi yang lebih baik teridentifikasi, investor akan mengurangi atau berhenti mengambil posisi pada saham yang dimilikinya saat ini, yang peluangnya diperkirakan tidak sebagus saham yang baru setelah diperhitungkan risikonya. 

Deteriorating Fundamental Sell
Metode ini mendorong penjualan saham jika fundamental tertentu dari laporan keuangan perusahaan turun hingga di bawah level tertentu. Strategi jual ini agak mirip dengan konsep opportunity cost dalam arti bahwa saham yang dijual berdasarkan strategi sebelumnya telah mengalami pemburukan kualitas. Ketika mendasarkan keputusan menjual pada pemburukan fundamental, banyak pemain saham akan terfokus terutama pada neraca perusahaan yang menekankan rasio likuiditas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya (coverage ratio).

Misalnya, anggaplah seorang investor memiliki saham perusahaan utilitas yang cukup tinggi dan konsisten dalam membayar deviden. Investor menyimpan saham itu terutama karena relatif aman dan yield deviden. Selanjutnya, ketika investor membeli saham itu, rasio utang terhadap nilai kekayaannya (debt-to-equity) sekitar 1,0 dan rasio aset lancar dengan kewajiban jangka pendeknya (current ratio) sekitar 1,4.

Pada situasi ini, dapat dibuat patokan transaksi bahwa investor akan menjual sahamnya jika rasio debt/equitynaik di atas 1,50, atau jika current ratio sempat turun di bawah 1,0. Jika pemburukan fundamental perusahaan masuk ke level tersebut – sehingga mengancam deviden dan kemanan – strategi ini akan memberi sinyal kepada investor untuk menjual sahamnya.

Down-from-Cost and Up-fromCost Sell
Strategi down-from cost sell adalah metode dasar yang memicu penjualan berdasarkan jumlah, dalam persen, yang memungkinkan untuk merugi. Contoh, ketika seorang investor membeli saham mungkin dia memutuskan bahwa jika harga saham turun 10 persen dari harga belinya, ia akan menjual saham itu.

Mirip strategi di atas, strategi up-from cost akan memicu penjualan saham jika harga saham meningkat hingga persentase tertentu. Pada dasarnya, kedua metode tersebut merupakan tolok ukur untuk membatasi kerugian (stop-loss) yang akan melindungi modal investor atau mengunci keuntungan pada jumlah tertentu. Kunci dari pendekatan ini adalah memilih persentase yang tepat untuk memicu penjualan dengan memperhitungkan sejarah voaltilitas harga saham dan jumlah yang paling memungkinkan untuk merugi.

Target Price Sell
Bila tidak suka menggunakan persentase, metode ini menggunakan nilai tertentu saham untuk memicu penjualan. Metode ini paling banyak digunakan dimana investor menjual saham dengan mengacu kepada popularitas perintah stop-loss penjual dan investor. Target harga yang banyak digunakan investor adalah berdasarkan valuasi model output, seperti model discounted cash flow (metode valuasi yang digunakan untuk memperkirakan daya tarik sebuah peluang investasi). Banyak pemain saham yang menentukan target harga jual saham berdasarkan sembarang angka pada grafik support and resistance level, tapi cara ini tidak sebaik perhitungan metode fundamental lainnya.

Belajar untuk menerima kekalahan adalah pelajaran terberat dalam berinvestasi. Seringkali, ap ayang membuat investor berhasil bukanlah pada kemampuannya untuk memilih saham yang menguntungkan, namun juga kemampuannya untuk menjaul saham pada saat yang tepat.

1 komentar:

  1. Jika tidak suka menggunakan persentase, bisa menggunakan metode target price sell dimana metode ini menggunakan nilai tertentu saham untuk memicu penjualan. pojokinvestasi.com

    BalasHapus